Sobat Infosehat, kali ini Saya ingin membagikan Laporan Pendahuluan Askep Stroke Non Hemoragik sebagai panduan sobat, khususnya mahasiswa perawat dalam membuat Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik, mudah mudahan bisa bermanfaat bagi sobat semua, terutama mahasiswa keperawatan yang lagi butuh referensi pembuatan askep. Silakan dibaca lengkapnya di bawah ini :
LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE NON HEMORAGIK
I.
MASALAH KESEHATAN
A. DEFINISI
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian
otak (Smeltzer C. Suzanne, 2002).
Stroke atau cedera cerebrovaskuler
adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri otak (Sylvia A Price,
2006)
Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak,
progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24
jam atau lebih atau langsung menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik (Arif Mansjoer, 2000)
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis
serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di
pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008).
KLASIFIKASI
Secara
non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses
patologik (kausal):
1. Berdasarkan manifestasi klinis
a. Serangan Iskemik Sepintas/Transient
Ischemic Attack (TIA)
Gejala
neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang
dalam waktu 24 jam.
b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible
Ischemic Neurological Deficit (RIND)
Gejala
neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi
tidak lebih dari seminggu.
c. Stroke Progresif (Progressive
Stroke/Stroke In Evaluation)
Gejala
neurologik makin lama makin berat.
d. Stroke komplet (Completed
Stroke/Permanent Stroke)
Kelainan
neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
2. Berdasarkan kausal
a. Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada
pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar
dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi
akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat.
Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat
atau Low Density Lipoprotein(LDL). Sedangkan pada pembuluh darah
kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil
terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit
aterosklerosis.
b. Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli
terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas.
Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak
bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
B. ETIOLOGI
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering
disebabkan oleh emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu,
stroke non hemoragik juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral.
Pada tingkatan seluler, setiap proses yang mengganggu aliran darah menuju otak
menyebabkan timbulnya kaskade iskemik yang berujung pada terjadinya kematian
neuron dan infark serebri.
1. Emboli
a. Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau
vertebralis, dapat berasal dari “plaque athersclerotique” yang
berulserasi atau dari trombus yang melekat pada intima arteri akibat trauma
tumpul pada daerah leher.
b. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:
1) Penyakit jantung dengan “shunt” yang menghubungkan bagian
kanan dan bagian kiri atrium atau ventrikel.
2) Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang
meninggalkan gangguan pada katup mitralis.
3) Fibrilasi atrium
4) Infarksio kordis akut
5) Embolus yang berasal dari vena pulmonalis
6) Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endrokardial,
jantung miksomatosus sistemik
c. Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai:
1) Embolia septik, misalnya dari abses paru atau
bronkiektasis
2) Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru.
3) Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti
penyakit “caisson”).
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun
dari right-sided circulation (emboli paradoksikal). Penyebab
terjadinya emboli kardiogenik adalah trombi valvular seperti pada mitral
stenosis, endokarditis, katup buatan), trombi mural (seperti infark miokard,
atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif) dan atrial miksoma.
Sebanyak 2-3 persen stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard dan 85 persen
di antaranya terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya infark miokard.
2. Thrombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh
darah besar (termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk
sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang
paling sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah
distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat
menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko
pembentukan trombus aterosklerosis (ulserasi plak), dan perlengketan platelet.
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia
sickle sel, defisiensi protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral,
dan vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses
yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan terjadinya stroke
trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta thorasik, arteritis).
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda
dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):
1. Kehilangan motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis
pada salah satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu
sisi) dan disfagia
2. Kehilangan komunikasi
Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan
berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara).
3. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus,
heminapsia atau kehilangan penglihatan perifer dan diplopia, gangguan
hubungan visual, spesial dan kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi
pada sisi yang berlawanan).
5. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius
transier, inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin
simtomatik dari kerusakan otak bilateral), Inkontinensia
urinarius dan defekasiyang berlanjut (dapat mencerminkan
kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat
tergantung dengan daerah otak yang terkena:
1. Penngaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus,
lupa tubuh sebelah
2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan
sentuhan dan sensasi, gangguan penglihatan
3. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas,
kehilangan bahasa.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala
dapat berupa:
Hemisfer kiri
|
Hemisfer kanan
|
- Mengalami hemiparese kanan
- Perilaku lambat dan hati-hati
- Kelainan lapang pandang kanan
- Disfagia global
- Afasia
- Mudah frustasi
|
- Hemiparese sebelah kiri tubuh
- Penilaian buruk
- Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral
sehingga memungkinkan terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut
|
D. PATOFISIOLOGI
Infark ischemic
cerebri sangat
erat hubungannya dengan aterosklerosis dan arteriosklerosis. Aterosklerosis
dapat menimbulkan macam-macam manifestasi klinis dengan cara:
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan
insufisiensi aliran darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus
dan perdarahan aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai
emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh
darah atau menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke
otak:
1. Keadaan pembuluh darah.
2. Keadan darah : viskositas darah
meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah ke otak menjadi
lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak menjadi menurun.
3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi
otak. Otoregulasi otak yaitu kemampuan intrinsik pembuluh
darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah otak tetap konstan walaupun ada
perubahan tekanan perfusi otak.
4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan
karena lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.
Suplai darah ke otak dapat berubah pada
gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler)
atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis
sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak. Thrombus dapat
berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada
area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau
terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh
embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis
dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang
sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan
penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat reversibel untuk
jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10
menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi,
salah satunya cardiac arrest.
PATHWAY
Keterangan
pathway
Alkohol,
hiperkolesterol, merokok, stress, depresi dan kegemukan meningkatkan kepekatan
darah yang memicu terbentuknya trombus dan mengakibatkan penurunan elastisitas
pembuluh darah (aterosklerosis). Trombus yang terlepas dari pembuluh darah
mengakibatkan terjadinya obstruksi di otak sehingga aliran darah ke otak
berkurang sehingga terjadi hipoksia cerebri dan mengakibatkan infark jaringan
otakyang mengakibatkan perubahan perfusi jaringan. Infark jaringan otak yang
terjadi di pusat gerak motorik menyebabkan hemiplegi/hemiparesis sehingga menurunkan
kemampuan mobilitas pasien yang dapat mengakibatkan gangguan mobilitas pasien
yang mengharuskannnya tirah baring. Tirah baring lama menyebabkan resiko
kerusakan integritas kulit. penurunan mobilitas juga menyebabkan pasien tidak
bisa melakukan perawatan diri secara mandiri.
Infark
pada area bicara mengakibatkan pasien mengalami afasia sehingga terjadi
gangguan komunikasi verbal. Sementara infark pada nervus V, VII,IX dan X,
mengakibatkan penurunan kemampuan otot mengunyah dan menelan dan gangguan replek
menelan sehingga menyebabkan resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan.
E. KOMPLIKASI
Setelah mengalami stroke
pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan
berdasarkan:
1. Berhubungan
dengan immobilisasi
- infeksi pernafasan, nyeri pada
daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan
dengan paralisis
- nyeri pada daerah punggung, dislokasi
sendi, deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan
dengan kerusakan otak
- epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus
Individu yang menderita
stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon pernapasan atau
kardiovaskuler dapat meninggal.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
atau obstruksi arteri.
2. Single Photo Emission Computed
Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian
CT).
3. CT scan
Penindaian ini
memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan
otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang
megnetik untuk menentukan posisi dan besar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang
didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul
dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam
jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai
pada perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi
hiperglikemia.
d. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan
kemudian berangsur-rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada
darah itu sendiri.
II. PROSES KEPERAWATAN
A. Analisa data
No
|
Data
|
Penyebab
|
Masalah
|
1.
|
DS:
-
Klien mengatakan nyeri
kepala
DO:
-
Klien tampak gelisah
-
TD > 140/90 mmHg
-
GCS <15
|
Penurunan aliran darah ke otak
¯
Hipoksia cerebral
¯
Infark jaringan otak
¯
Perubahan perfusi jaringan
|
perubahan Perfusi
jaringan serebral
|
2.
|
Infark jaringan otak
¯
Kelemahan N V, VII, IX, X
¯
Penurunan kemempuan otot mengunyah/ menelan
¯
Gangguan reflek menelan
¯
Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan
|
Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
|
|
3
|
DS:
-
Klien mengatakan tidak
dapat mandi sendiri
DOO:
-
Klien melakukan aktivitas dengan bantuan
|
Kerusakan pusat gerakan motorik di otak
¯
Hemiplegi/ hemiparesis
¯
Mobilitas menurun
¯
Defisit perawatan diri
|
Defisit perawatan diri
|
4
|
DS:
-
Klien mengatakan tidak
bisa menggerakkan sebelah anggota badannya
DO:
-
Kekuatan otot
0
5
0
5
-
Sendi-sendi kaki dan
tangan nyeri ketika digerakkan
|
Panurunan aliran darah ke otak
¯
Hipoksia cerebral
¯
Infark jaringan otak
¯
Kerusakan pusat gerakan motorik
¯
gangguan mobilitas fisik
|
Gangguan mobilitas fisik
|
5
|
Kerusakan pusat gerak motorik
¯
Mobilitas menurun
¯
Tirah baring lama
¯
Resiko kerusakan integritas kulit
|
Resiko kerusakan integritas
kulit
|
|
6
|
DS:
-
Klien mengatakan sukar berbicara
DO:
- klien tampak kesulitan memberikan respon menjawab terhadap
pertanyaan
|
Kerusakan neuromuskular
¯
Kerusakan area bicara
¯
Afasia
¯
Gangguan komunikasi verbal
|
Gangguan komunikasi verbal
|
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
penurunan aliran darah ke otak
2. Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan hemiplegi/ hemiparesis
3. Defisit
perawatan diri berhubungan kerusakan pusat gerak motorik
4. . Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan
pada area bicara
5. Resiko
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelemahan N
V, VII, IX, X
6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
tirah baring lama
C.
RENCANA KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan
|
||
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
||
1.
|
perubahan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan penurunan aliran darah ke otak ditandai dengan:
DS:
-
Klien
mengatakan nyeri kepala
DO:
-
Klien
tampak gelisah
-
TD
> 140/90 mmHg
-
GCS
<15
|
Perfusi jaringan otak
dapat tercapai secara optimal dengan kriteria hasil :
- Klien tidak gelisah - Tidak ada keluhan nyeri kepala - GCS 15 - Tanda-tanda vital normal ( TD £ 140/90 mmHg, nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan 16-20 kali permenit) |
a) Berikan penjelasan kepada keluarga klien
tentang sebab-sebab gangguan perfusi jaringan otak dan akibatnya
b) Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial tiap dua jam
c) Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30
dengan letak jantung (beri bantal tipis)
d) Anjurkan klien untuk menghindari batuk
dan mengejan berlebihan
e) Ciptakan lingkungan yang tenang dan
batasi pengunjung
f) Kolaborasi dengan tim dokter dalam
pemberian obat neuroprotektor
|
a) Keluarga lebih berpartisipasi dalam
proses penyembuhan
b) Mengetahui setiap perubahan yang terjadi
pada klien secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat
c) Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan drainage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral d) Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial
e) Rangsangan aktivitas yang meningkat
dapat meningkatkan kenaikan TIK.
f) Memperbaiki sel yang masih viabel |
2.
|
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan hemiplegi/ hemiparesis ditandai dengan:
DS:
-
Klien
mengatakan tidak bisa menggerakkan sebelah anggota badannya
DO:
-
Kekuatan
otot
1
5
1
5
-
Sendi-
sendi kaki dan tangan nyeri ketika digerakkan
|
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik
sesuai dengan kemampuannya dengan kriteria hasil:
- Tidak terjadi kontraktur sendi - Bertambahnya kekuatan otot - Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas |
a) Ubah posisi klien tiap 2 jam
b) Ajarkan klien untuk melakukan latihan
gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
c) Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas
yang sakit
d) Berikan papan kaki pada ekstrimitas
dalam posisi fungsionalnya
e) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien |
a) Menurunkan resiko terjadinnya iskemia
jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan
b) Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan c) Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan
d) untuk mencegah agar bentuk kaki tidak
berubah
e) diperlukan agar klien melakukan latihan
fisik secara benar
|
3
|
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
pusat gerak motorik ditandai dengan:
DS:
-
Klien
mengatakan tidak dapat mandi sendiri
DO:
-
Klien
melakukan aktivitas dengan bantuan
|
Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
dengan kriteria hasil:
- Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien - Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan |
a) Tentukan kemampuan dan tingkat
kekurangan dalam melakukan perawatan diri
b) Beri motivasi kepada klien untuk tetap
melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sikap sungguh-sungguh
c) Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
d) Berikan umpan balik yang positif untuk
setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya
e) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi
|
a) Membantu dalam
mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
b) meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus
c) Klien mungkin menjadi sangat ketakutan
dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam
mencegah frustasi, adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin
untuk diri-sendiri untuk mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan
d) Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu e) Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidenti-fikasi kebutuhan alat penyokong khusus |
4.
|
Gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan kerusakan pada area bicara ditandai dengan:
DS:
-
Klien
mengatakan sukar berbicara
DO:
- klien tampak kesulitan
memberikan respon/ menjawab terhadap pertanyaan
- klien tampak kasulitan
mengungkapkan keinginannya
|
klien dapat mengekspresikan perasaannya, mampu
menggunakan bahasa isyarat dengan kriteria:
- terciptanya
suatu komunikasi dimana kebutuhan klien terpenuhi
- klien mampu berespon setiap berkomunikasi secara
verbal maupun isyarat
- mampu mengekspresikan diri dan memahami
orang lain.
|
a) Kaji tipe atau derajat disfungsi misalnya klien tidak
mengerti tentang kata-kata atau masalah berbicara atau tidak mengerti bahasa
sendiri.
b) Katakan untuk mengikuti perintah secara sederhana
seperti ”tutup matamu” dan ”lihat kepintu”.
c) Berikan metode komunikasi alternatif misalnya
menulis pada papan tulis, menggambar, gunakan kata-kata sederhana secara bertahap
dan dengan bahasa tubuh.
d) Antisipasi dan penuhi kebutuhan klien.
e) Mintalah pasien mengucapkan suara
sederhana seperti ”Sh” atau
”Pus”.
f) Anjurkan klien untuk menulis nama atau
kalimat pendek, bila tidak mampu anjurkan klien untuk membaca kalimat pendek.
g) Berbicara dengan nada normal dan hindari ucapan yang terlalu cepat, berikan waktu klien untuk berespon. |
a) membantu menentukan kerusakan area pada
otak dan menentukan kesulitan klien sebagian atau seluruh proses komunikasi,
klien mungkin mempunyai masalah dalam mengartikan kata-kata.
b) untuk menguji afasia reseptif.
c) memberikan komunikasi dasar sesuai
dengan situasi individu.
d)
membantu
menurunkan frustasi oleh karena ketergantungan atau ketidakmampuan
berkomunikasi.
e)
mengidentifikasi
disatria komponen bicara (lidah, gerakan bibir).
f)
menguji
ketidakmampuan menulis (agrafia) dan defisit membaca.
g)
klien
tidak dipaksa untuk mendengar, tidak menyebabkan klien marah dan tidak
menyebabkan rasa frustasi.
|
5.
|
resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan kelemahan N V, VII, IX, X
|
Tidak terjadi ketidakseimbangan nutrisi
dengan
kriteria hasil: - klien dapat menghabiskan porsi makan yang disajikan
- Berat badan dapat
dipertahankan/ditingkatkan
- Hb dan albumin dalam batas normal |
a) Tentukan kemampuan klien dalam
mengunyah, menelan dan reflek batuk
b) Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan c) Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan d) Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu
e) Berikan makan dengan perlahan pada
lingkungan yang tenang
f) Mulailah untuk memberikan makan peroral
setengah cair, makan lunak ketika klien dapat menelan air
g) Anjurkan klien menggunakan sedotan
meminum cairan
h) Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam
program latihan/kegiatan
i) Kolaborasi dengan tim dokter untuk
memberikan ciran melalui iv atau makanan melalui selang
|
a) Untuk menetapkan jenis makanan yang akan
diberikan pada klien
b) Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi
c) Membantu dalam melatih kembali sensori
dan meningkatkan kontrol muskuler
d) Memberikan stimulasi sensori (termasuk
rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan
masukan
e) Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/ gangguan dari luar f) Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan terjadinya aspirasi g) Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan menurunkan resiko terjadinya tersedak h) Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan
i) Mungkin diperlukan untuk memberikan
cairan pengganti dan juga makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan
segala sesuatu melalui mulut
|
6.
|
Resiko kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan tirah baring lama
|
Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
dengan kriteria hasil - Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka - Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka - Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka |
a) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM dan mobilisasi
jika mungkin
b) Rubah posisi tiap 2 jam
c) Gunakan bantal air atau pengganjal yang
lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol
d) Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisi e) Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi f) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit |
a) meningkatkan aliran darah kesemua daerah
b) Menghindari tekanan dan meningkatkan
aliran darah
c) Menghindari tekanan yang berlebih pada
daerah yang menonjol
d) Menghindari kerusakan-kerusakan
kapiler-kapiler pembuluh darah
e) Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan
f) Mempertahankan keutuhan kulit
|
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M., et
all. 2002. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk.
2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., et
all. 2002. Nursing
Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Muttaqin, Arif.
2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika
NANDA, 2012, Diagnosis
Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa
Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih
bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment